Komunikasi Massa

Pengaruh Pemberitaan pada Pembaca Surat Kabar


Pengaruh kognitif yang disebabkan kesalahan penalaran dalam membaca berita.
Adalah pendapat seseorang ataupun sekelompok orang yang terpengaruh dikarenakan kesalahan penalaran mereka sendiri atas apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium dan dikecapnya (melibatkan panca indera). Oleh karenanya, pembaca surat kabar bisa-bisa saja mengalami hal seperti ini setiap saat.

Bila dikaitkan kesalahan penalaran yang mempengaruhi kognitif dengan pembaca surat kabar, maka hal-hal yang dialami si-pembaca tersebut adalah dari apa yang dibacanya. Itu bisa saja dikarenakan penulisan kata maupun kalimat yang rancu ataupun yang mengandung multitafsir (banyak arti). Sebagai contoh; penulisan kata dalam kalimat “lima calon gubernur ‘bertarung’ konsep dalam pilgubsu 2008”. Kata ‘bertarung’ dapat berarti ‘berperang ataupun bersaing’ tergantung bagaimana pembaca menafsirkannya. Walaupun pada umunya pembaca surat kabar adalah orang-orang yang melek huruf , akan tetapi bagaimana bila mereka membaca kalimat tersebut terpotong-potong (dalam artian tidak fokus) ataupun yang membaca adalah orang awam. Pastilah kesalahan penalaran itu tidak terelakkan lagi, dan selanjutnya mempengaruhi pendapat (kognisi) mereka atas kata/ kalimat yang dibacanya itu.


Bila berita politik adalah pemberitaan tentang pemikiran, aktivitas, atau peristiwa politik --pemilu, pilkada, sidang DPR, pidato presiden/pejabat, kebijakan pemerintah, kiprah eksekutif dan lembaga-lembaga pemerintahan, dll, maka pengaruh yang timbul atas penbaca berita adalah pengaruh yang dapat merubah pendapat, sikap, hingga sampai kepada tingkah laku yang berkaitan dengan berita politik iti sendiri.
Pembentukan pendapat, sikap hingga prilaku atas pengaruh pemberitaan terhadap persepsi pembaca berita
Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapat, sikap, hingga pada menampilkan prilaku adalah persepsi pembaca berita surat kabar yang telah terbentuk sebelumnya. Seperti contoh; Budi pernah membaca berita mengenai tuan X atas “dugaan kasus korupsi di suatu perusahaan” sebelum adanya pemberitaan mengenai kandidat calon gubernur. Pada saat itu, Budi mempersepsikan bahwa tuan X itu adalah orang yang paling kotor dan jahat walaupun pada pemberitaan tersebut hanyalah “masih sebuah dugaan” yang belum pasti si-tuan X itu benar-benar melakukan korupsi. Dari berita yang dibacanya itu, apabila media kembali menyiarkan berita mengenai tuan X yang akan menjadi salah seorang dari kandidat Cagubsu, maka budi akan menampilkan prilaku “menolak” untuk memilih tuan X pada Pilkada nanti dan bisa jadi, Budi akan mentransferkan hasil persepsinya tersebut kepada orang lain (terutama orang-orang terdekatnya).
Dari contoh kejadian di atas, tampak jelas bahwa suatu pemberitaan akan berpengaruh kepada penerima berita sehingga membentuk suatu persepsi yang dihasilkan atas interpretasi yang timbul dari kognitif (pemikiran/pendapat) si-penerima berita. Sesuai dengan efek komunikasi, bahwa pesan yang disampaikan akan mempengaruhi kognitif (pendapat), afektif (sikap), dan prilaku (behaviour) si-penerima pesan. Semuanya itu, mulai dari media, dikemas menjadi sebuah berita, hingga kepada pengaruh ataupun efek yang dihasilkan, adalah ruang lingkup dalam komunikasi. Bila yang menjadi fokusnya adalah berita politik, maka berita politik termasuk ke dalam komunikasi politik dan pengaruh yang dihasilkan adalah pengaruh politik. Lihat juga pendapat di bawah ini:
Berbagai pemberitaaan media memberikan masukan kepada kognisi individu, dan kognisi akan membentuk sikap.
Baron (1979); Fishbein and Azjen 1975 (dalam Baron, 1979); Kiesler and Munson 1975 (dalam Baron, 1979) mendefinisikan sikap sebagai kesatuan perasaan (feelings), keyakinan (beliefs), dan kecenderungan berperilaku (behavior tendencies) terhadap orang lain, kelompok, faham, dan objek-objek yang relatif menetap. Ada tiga komponen sikap yaitu (1) afektif (affective), yang didalamnya termasuk perasaan suka tidak suka terhadap suatu objek atau orang; (2) kognitif, termasuk keyakinan tentang objek atau orang tersebut ; dan (3) perilaku, yaitu kecenderungan untuk bereaksi tertentu terhadap objek atau orang tersebut. Sikap merupakan kajian yang sangat krusial karena sikap berperan sangat penting dalam setiap aspek dalam kehidupan sosial. Pertama, sikap pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kita dengan orang lain. Sebagai contoh sikap yang positif terhadap seseorang membuat kita senang bertemu dengan orang itu, bahkan melakukan sesuatu untuk dia, mengimitasi perilakunya, dll.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments