Berita LifeStyle

Angkat Barbel, Wujud Dari Rutinitas dan Hobi Seorang Aswad

Hidup sehat, serta memiliki tubuh yang kuat merupakan idaman setiap orang. Berolahraga dan pola makan teratur adalah jawaban yang sering diucapkan mereka yang telah merasakan langsung manfaatnya. Olahrga yang awalnya dilakukan untuk menyehatkan tubuh, juga bisa menjadi hobi bila yang melakukannya senang akan hal itu. Tak jarang orang yang menekuni olahraga, menjadikan hal itu sebagai bagian dari dari dirinya.

Seperti halnya Aswad. Pria berusia 19 tahun ini sangat hobi berolahraga. Baginya, olahraga merupakan rutinitas yang harus dilakukan tiap minggunya.
Barbel adalah olahraga angkat besi yang disenanginya. Pria yang baru duduk di bangku kuliah awal September lalu ini, selalu menyisihkan uang kiriman orang tua agar dapat memuaskan hobi angkat besinya.
“Ku sisakan uang jajan yang dikirim ortu untuk latihan. Kalau dapat kiriman banyak, aku biasanya dapat latihan 4 kali dalam seminggu. Satu sampai dua jam sudah cukup,” ujarnya sambil menggenggam barrbel 5 kg di kepalan tangan kirinya.


Lelaki kelahiran Tanjung Balai 29 Juni 1989 ini telah menekuni olahraga barbel selama satu tahun lamanya.bermula dari ajakan teman hingga menjadikan olahraga itu sebagai bagian dari dirinya sampai saat ini. Walaupun ngekos, anak kedua dari empat bersaudara ini tetap rutin latihan. Delapan sampai enam belas ribu rupiah uang yang ia keluarkan setiap kali latihan. Ketika ditanya tanggapan orang tua akan minatnya ini, ia menuturkan: “ dulu orang tua ga setuju. Tapi lama-kelamaan mereka bisa menerima hobiku ini. Dan sekarang mereka malah mendukung,” jawabnya dan menghentikan gerakan mengayunkan naik-turun barbel di genggaman tangan kirinya. “ Mungkin karena badanku sudah berotot, makanya mereka mulai mendukung,” tambahnya bercanda.
Meskipun sering latihan, Aswad tidak meninggalkan lingkungan dan pergaulannya. Lelaki berotot ini punya banyak teman. Mulai perokok aktif sampai peminum beratpun dijadikannya teman.
“ Teman-teman di kosku semua perokok aktif, termasuk juga aku. Dan teman-teman dikampung kebanyakan peminum berat. Semua ku kawani, asalkan pandai-pandai jaga diri. Yang penting pola makan sehat dan istirahat teratur,” nasehatnya.

Aswad sangat menjaga dirinya dari makanan yang tinggi kadar minyaknya, agar otot-otot yang dibentuknya selama ini tidak kendur. Sebagai gantinya, dia mengkonsumsi suplemen yang didapatkannya setiap kali latihan. “ Suplemen ini gunanya untuk menjaga otot agar tetap kencang. Cukup suplemen aja, ga perlu minum jamu,” jawabnya sambil menurunkan barbell, lalu berjalan mengambil baju yang ditanggalkannya sesaat memulai latihan tadi.
Aswad, pria berambut ikal dengan tinggi badan 168 Cm ini mulai mengikuti olahraga barbel sejak usia 18 tahun. Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2007. Sejak saat itu, ia langsung bergabung ke dalam sebuah klub barbel di kota Tanjung Balai. Klub ini bernama Central Barbel Club yang disingkat menjadi CBC. Seperti halnya organisasi, klub ini mewajibkan setiap anggotanya memiliki kartu anggota atau kartu member. Kegunaannya untuk mengetahui siapa anggota klub dan siapa yang bukan anggota. Tujuannnya mempermudah melayani dan melatih para anggotanya. “ Kalau mempunyai kartu member, kita bisa sesuka hati main apa saja, karena sitiap anggota membayar Rp. 200.000 perbulannya,” kenang Aswad. “ Tapi tetap aja kita diawasi sama senior-senior, karena bila mengangkat barbel diluar kemampuan bisa fatal akibatnya,” tambahnya sambil melirik ke arah aneka macam jenis barbel yang terletak disampingnya.
Pengalaman Aswad tidak hanya sekedar jadi anggota dan latihan saja. Sewaktu masih aktif menjadi anggota CBC, pria bersuku melayu ini telah mengikuti 5 kali perlombaan lokal. Diantara kelima perlombaan tersebut, Aswad berhasil menyumbangkan sebuah piagam penghargaan kepada klubnya dalam acara “HUT Tanjung Balai” yang diselenggarakan pada tanggal 3 Januari 2008. Dia memenangkan kategori “ Badan Terbugar di Usia Relatif Muda”. “ Waktu itu aku ditunjuk pelatih untuk ikut, dan aku langsung naik ke pentas. Usaha yang tak sia-sia, akhirnya aku memenangi kategori itu”, kenangnya mengisahkan.
Kini Aswad tidak bisa menjadi anggota CBC lagi. Ia lebih memilih kuliah untuk mewujudkan cita-cita dan harapan orang tuanya. Walaupun begitu, dia dapat merasakan manfaat dari ketekunannya berolahraga.
Walaupun identitas hilang sebagai anggota. Walaupun tempat latihan tidak pernah tetap. Tapi otot-otot ini selalu setia nempel di tubuhku,” katanya sambil melangkah keluar tempat latihan. “ Dan aku cukup puas menjadi mahasiswa berotot”.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments